Al Imam Nasser Mohammed Al Yamani
22 - محرم - 1440 هـ
02 - 10 - 2018 مـ
11:49 صباحاً
(mengikut takwim rasmi Makkah)
[ikuti pautan postingan keterangan asal]
https://mahdialumma.online/showthread.php?t=35978
ــــــــــــــــــــــــ
Balasan Al Imam Al Mahdi Dalam Mesej Peribadi Kepada Abdullah Pencari Kebenaran, Kebenaran Lebih Layak Untuk Diikuti, Tiada Rahsia Pada Kami Dalam Menjelaskan Kebenaran..
Postingan asal ditulis oleh Abdullah Pencari Kebenaran
Terima kasih atas balasanmu saudaraku di jalan Allah, Nasser Mohammed, sesungguhnya aku mematuhi aturan dalam solatku agar aku bersolat di atas tanah bumi, sekiranya aku bersujud di atas tanah (debu) dari tanah Karbala, maka aku melakukannya kerana kepatuhan, yakni aku berkewajiban meletakkan kepalaku di atas bumi, atau yang tumbuh dari bumi seperti tikar yang ditenun, aku tidak bersujud di atas sejadah dan ini berdasarkan hadits-hadits mutawatir dari Muhammad dan Ahlul Bayt Nabi;
Apakah hukumnya bersujud di atas sejadah? Aku tahu engkau meletakkan persyaratan khusus dalam hiwar mengenai permasalahan solat, sedangkan aku ini hanya orang biasa, seorang hamba Allah dari hamba-hamba Allah, aku saudaramu dalam silsilah keturunan, aku dapat menghidu haruman kebaikan dan petunjuk dalam bayan keteranganmu, namun aku tidak ingin membai'ahmu kecuali setelah selesai membaca bayan-bayan keteranganmu, sehinggalah aku berada di atas hujjah yang nyata dan yakin, dan dengan pertolongan Allah aku telah selesaikan bacaanku pada seluruh kenyataan dalam bayan keterangan mengenai solat dan selainnya.
Sesungguhnya cara Nabi -shollallaahu 'alayhi wasallam- adalah bersujud di atas bumi -tanah- atau yang tumbuh dari bumi seperti tikar (dari tumbuhan), dan Nabi -shollallaahu 'alayhi wasallam- juga menganjurkan orang lain untuk berbuat demikian, sebagaimana cara umat Islam di zaman Rasulullah -shollallaahu 'alayhi wasallam-, bersujud adalah di atas lantai tanah masjid yang beralaskan batu-batu kecil (kerikil), dan umat Islam di zaman itu juga sangat gemar bersujud di atas batu-batu kerikil masjid betapapun dahsyat kepanasannya, suatu perkara yang menunjukkan keharusan bersujud di atas tanah bumi.
Imam Baqir -'alayhissalaam- mengatakan dalam jawaban terhadap pertanyaan mengenai bersujud di atas aspal -yakni tar-: "Tidak, tidak juga di atas baju katun (dari kain kapas), juga di atas wol (kain dari bulu domba), dan tidak juga di atas sesuatu dari bahan haiwan, tidak di atas makanan, tidak juga di atas sesuatu dari hasil bumi (buah-buahan atau biji-bijian), dan tidak juga di atas sesuatu dari bulu-bulu burung"
Imam Jaafar Shodiq -'alayhissalaam- ditanya mengenai bersolat di atas karpet, bulu-bulu dan permaidani, lalu dia menjawab: "Jangan bersujud di atasnya, jika engkau (solat) berdiri di atasnya dan sujud di atas tanah maka tidak mengapa, dan jika engkau membentangkan tikar tenunan di atas tanah dan bersujud di atas tikar itu maka tidak mengapa. Risalah-risalah Syi'ah (Wasaail As Shia): 3/592
Ada seorang sahabat bersujud di atas gulungan serbannya lalu Nabi -shollallaahu 'alayhi wasallam- menepis dengan tangannya untuk menyingkirkan serban itu dari dahi sahabat tersebut. Sunan Baihaqi: 2/105
Aku mohon Allah menerangkan hati kita dan menyegerakan pelepasan Qaim (Al Mahdi) dari keluarga Muhammad, semoga Allah menjaganya dari makar tipudaya musuh-musuh-Nya
Postingan asal ditulis oleh Al Imam Nasser Mohammed Al Yamani
Dengan nama Allah Ar Rahman Ar Rahim, sholawat dan salam ke atas nendaku Muhammad, penutup para nabi dan rasul, wahai kekasihku di jalan Allah, sesungguhnya hak Allah (yang perlu dipenuhi oleh hamba-Nya) adalah hak yang terbesar sekali dari apapun, apa lagi yang ada setelah kebenaran melainkan kebatilan, tiada pemberi syafaat (pertolongan), janganlah engkau memohon dengan hak sesiapapun yang ada dari kalangan hamba, sedang dia juga adalah hamba Allah seperti dirimu sebagai hamba Allah, engkau juga punya hak pada Allah sebagaimana hamba-hamba-Nya yang lain
Maka jadilah engkau termasuk kalangan hamba-hamba-Nya yang bersyukur wahai penyejuk mataku, mohonlah kepada Tuhanmu -Maha Suci Dia- dengan hak nama-nama-Nya yang indah dan dengan sifat-sifat ketinggian-Nya, cukuplah Allah sebagai pelindung, janganlah engkau menyeru seorangpun beserta Allah, jangan bertawassul dengan sesiapapun, kerana Allah Maha Pengasih, Dia lebih mengasihimu dari ibumu, ayahmu dan dari hamba-hamba-Nya semua, dan aku mencintaimu kerana Allah, salam ke atas para rasul dan segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam.
Saudara kalian Al Imam Al Mahdi Nasser Mohammed Al Yamani
Dengan nama Allah Ar Rahman Ar Rahim, sholawat dan salam ke atas nendaku Muhammad, penutup para nabi dan rasul, wahai kekasihku di jalan Allah, sesungguhnya hak Allah (yang perlu dipenuhi oleh hamba-Nya) adalah hak yang terbesar sekali dari apapun, apa lagi yang ada setelah kebenaran melainkan kebatilan, tiada pemberi syafaat (pertolongan), janganlah engkau memohon dengan hak sesiapapun yang ada dari kalangan hamba, sedang dia juga adalah hamba Allah seperti dirimu sebagai hamba Allah, engkau juga punya hak pada Allah sebagaimana hamba-hamba-Nya yang lain
Maka jadilah engkau termasuk kalangan hamba-hamba-Nya yang bersyukur wahai penyejuk mataku, mohonlah kepada Tuhanmu -Maha Suci Dia- dengan hak nama-nama-Nya yang indah dan dengan sifat-sifat ketinggian-Nya, cukuplah Allah sebagai pelindung, janganlah engkau menyeru seorangpun beserta Allah, jangan bertawassul dengan sesiapapun, kerana Allah Maha Pengasih, Dia lebih mengasihimu dari ibumu, ayahmu dan dari hamba-hamba-Nya semua, dan aku mencintaimu kerana Allah, salam ke atas para rasul dan segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam.
Saudara kalian Al Imam Al Mahdi Nasser Mohammed Al Yamani
Terima kasih atas balasanmu saudaraku di jalan Allah, Nasser Mohammed, sesungguhnya aku mematuhi aturan dalam solatku agar aku bersolat di atas tanah bumi, sekiranya aku bersujud di atas tanah (debu) dari tanah Karbala, maka aku melakukannya kerana kepatuhan, yakni aku berkewajiban meletakkan kepalaku di atas bumi, atau yang tumbuh dari bumi seperti tikar yang ditenun, aku tidak bersujud di atas sejadah dan ini berdasarkan hadits-hadits mutawatir dari Muhammad dan Ahlul Bayt Nabi;
Apakah hukumnya bersujud di atas sejadah? Aku tahu engkau meletakkan persyaratan khusus dalam hiwar mengenai permasalahan solat, sedangkan aku ini hanya orang biasa, seorang hamba Allah dari hamba-hamba Allah, aku saudaramu dalam silsilah keturunan, aku dapat menghidu haruman kebaikan dan petunjuk dalam bayan keteranganmu, namun aku tidak ingin membai'ahmu kecuali setelah selesai membaca bayan-bayan keteranganmu, sehinggalah aku berada di atas hujjah yang nyata dan yakin, dan dengan pertolongan Allah aku telah selesaikan bacaanku pada seluruh kenyataan dalam bayan keterangan mengenai solat dan selainnya.
Sesungguhnya cara Nabi -shollallaahu 'alayhi wasallam- adalah bersujud di atas bumi -tanah- atau yang tumbuh dari bumi seperti tikar (dari tumbuhan), dan Nabi -shollallaahu 'alayhi wasallam- juga menganjurkan orang lain untuk berbuat demikian, sebagaimana cara umat Islam di zaman Rasulullah -shollallaahu 'alayhi wasallam-, bersujud adalah di atas lantai tanah masjid yang beralaskan batu-batu kecil (kerikil), dan umat Islam di zaman itu juga sangat gemar bersujud di atas batu-batu kerikil masjid betapapun dahsyat kepanasannya, suatu perkara yang menunjukkan keharusan bersujud di atas tanah bumi.
Imam Baqir -'alayhissalaam- mengatakan dalam jawaban terhadap pertanyaan mengenai bersujud di atas aspal -yakni tar-: "Tidak, tidak juga di atas baju katun (dari kain kapas), juga di atas wol (kain dari bulu domba), dan tidak juga di atas sesuatu dari bahan haiwan, tidak di atas makanan, tidak juga di atas sesuatu dari hasil bumi (buah-buahan atau biji-bijian), dan tidak juga di atas sesuatu dari bulu-bulu burung"
Imam Jaafar Shodiq -'alayhissalaam- ditanya mengenai bersolat di atas karpet, bulu-bulu dan permaidani, lalu dia menjawab: "Jangan bersujud di atasnya, jika engkau (solat) berdiri di atasnya dan sujud di atas tanah maka tidak mengapa, dan jika engkau membentangkan tikar tenunan di atas tanah dan bersujud di atas tikar itu maka tidak mengapa. Risalah-risalah Syi'ah (Wasaail As Shia): 3/592
Ada seorang sahabat bersujud di atas gulungan serbannya lalu Nabi -shollallaahu 'alayhi wasallam- menepis dengan tangannya untuk menyingkirkan serban itu dari dahi sahabat tersebut. Sunan Baihaqi: 2/105
Aku mohon Allah menerangkan hati kita dan menyegerakan pelepasan Qaim (Al Mahdi) dari keluarga Muhammad, semoga Allah menjaganya dari makar tipudaya musuh-musuh-Nya
Dengan nama Allah Ar Rahman Ar Rahim, sholawat dan salam ke atas nendaku Muhammad Rasulullah, juga ke atas orang-orang yang menolong dan mengikuti jalannya berdasarkan hujjah bukti yang nyata dari Allah..
Wahai penyejuk mataku, sesungguhnya aku dapatkan perintah Allah mengenai tempat bersujud pada-Nya dalam muhkam Al Quran, adalah memastikan tempat bersujud itu suci dan bersih dari kotoran zahir semampumu, pembenaran terhadap firman Allah Ta'ala:
Dan (ingatlah), ketika Kami memberikan tempat kepada Ibrahim di tempat Baitullah (dengan mengatakan): "Janganlah kamu memperserikatkan sesuatupun dengan Aku dan sucikanlah rumah-Ku ini bagi orang-orang yang thawaf, dan orang-orang yang beribadat dan orang-orang yang ruku' dan sujud
Maha Benar Allah
[Al Hajj:26]
Sesungguhnya suci dari kotoran itu adalah supaya ianya bersih, demikian juga membersihkan pakaian dari kotoran tatkala engkau menyadari ianya terlihat kotor atau ada berbau najis, pembenaran terhadap firman Allah Ta'ala: dan pakaianmu bersihkanlah, Maha Benar Allah [Al Muddatstsir 4], melainkan sekiranya engkau bermusafir, tidaklah Allah jadikan untuk kalian dalam agama suatu kepayahan.
Apa yang penting, sujud yang paling utama itu adalah di atas sesuatu yang suci dari kotoran dan bau najis yang mengganggu, sama ada atas sejadah, serban, tanah atau atas kerikil, biasanya bau najis akan mengganggu indera penciuman, walaupun sekiranya ia bukan najis zahir yang nampak di tempat sujud, tetap indera penciuman dapat mengesan adanya bau busuk dari kotoran najis.
Kami nyatakan dengan kebenaran, bahawasanya engkau diperbolehkan untuk bersujud kepada Tuhanmu di atas tiap-tiap sesuatu yang suci dari kotoran dan bau najis yang jelas kelihatan ianya kotor, sekiranya engkau tidak menyadari melainkan setelah sujud lalu engkau menghidu bau tempat sujud itu najis, maka jangan engkau putuskan solatmu, di sini hendaklah engkau rapatkan kedua telapak tanganmu antara satu sama lain ketika meletakkan dahimu untuk bersujud, demikian itu agar engkau bersujud di atas kedua belakang tanganmu yang bersih, janganlah engkau sengaja bermaksud menampakkan tanda bekas sujud di dahimu, kelak engkau masuk dalam syirik riya dengan menyekutukan Tuhanmu dalam solat, sesungguhnya berbuat syirik adalah kezaliman yang besar.
Janganlah engkau bersujud di atas tanah ayahandaku Imam Hussain -'alayhissholaatu wassalaamu-, betapapun tanah itu suci, disebabkan ianya dinamakan sebagai tanah (debu) Hussain, kerana yang demikian itu adalah bid'ah, Allah dan Rasul-Nya tidak menyuruh kalian untuk melakukannya, seandainya ia adalah debu tanah tanpa diberi nama sedemikian rupa maka tidak mengapa
Adapun bilamana ia punyai nama 'Debu tanah Hussain', lalu engkau sujud atasnya, maka yang demikian adalah perbuatan syirik ketika dahimu bersujud untuk Tuhan wahai penyejuk mataku, bahkan sekalipun niatmu adalah engkau bersujud atas tanah biasa, namun ianya dapat menjadi penyebab syirik bagi orang lain selain dirimu, kerana mereka melihatmu sujud atas debu tanah Hussain.
Walau bagaimanapun, kami mengizinkan hanya ketika engkau melakukannya dalam keadaan terpaksa, untuk memelihara diri dari makar jahat orang-orang yang tidak beriman kepada Allah, kecuali mereka itu dalam keadaan mempersekutukan Allah dengan hamba-hamba Allah yang didekatkan-Nya, pembenaran terhadap firman Allah Ta'ala:
Barangsiapa yang kafir kepada Allah sesudah dia beriman (dia mendapat kemurkaan Allah), kecuali orang yang dipaksa kafir padahal hatinya tetap tenang dalam beriman (dia tidak berdosa), akan tetapi orang yang melapangkan dadanya untuk kekafiran, maka kemurkaan Allah menimpanya dan baginya azab yang besar.
Maha Benar Allah
[An Nahl 106]
Jadilah engkau termasuk kalangan yang bersyukur, ingkarilah adanya syafaat (pertolongan) dari para nabi dan rasul seluruhnya, ketahuilah engkau bahawasanya syafaat keseluruhannya adalah milik Allah; rahmat-Nya yang mensyafaatimu dari azab seksaan-Nya sekiranya engkau tidak berputus asa dari rahmat Allah, Dia-lah yang paling pengasih dari sekalian yang mengasihani
Merasa cukuplah engkau dengan rahmat Allah, Dzat yang lebih menyayangimu dari sekalian makhluk-Nya, Dia-lah Allah yang paling mengasihani makhluk-Nya dari mereka semua, demikian itulah hujjahmu terhadap Tuhanmu -tiada tuhan yang berhak disembah kecuali Dia- bahawasanya Dia-lah Allah yang paling pengasih dari sekalian yang mengasihani, adakah kelak allah akan mengingkari hujjahmu itu terhadap-Nya, bahawa Dia-lah yang paling penyayang dari semua
?
Tidaklah layak adanya siapapun dalam kewujudan ini yang lebih penyayang dari Allah yang disembah, Dia-lah yang lebih mengasihani dari semuanya, Dia lebih mengasihani dirimu dari para nabi, para wali dan orang-orang sholeh semuanya, Dia lebih menyayangimu dari ibumu, ayahmu dan dari manusia seluruhnya, akan tetapi sayangnya, tidaklah kebanyakan mereka beriman kepada Allah melainkan mereka dalam keadaan menyekutukan Allah dengan hamba-hamba-Nya yang didekatkan
Maka ikutlah aku agar aku tuntun dirimu ke jalan yang lurus, jalan Tuhanku dan Tuhanmu, jalan Allah yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji, pembenaran terhadap firman Allah Ta'ala:
Sesungguhnya Tuhanku di atas jalan yang lurus
Maha Benar Allah
[Huud 56]
Telah dekat azab seksaan Allah untuk orang-orang yang berpaling dari penyeru kebenaran dari Tuhan mereka, maka tunggulah kalian akan azab seksaan itu, sesungguhnya aku juga menunggu bersama kalian, salam ke atas para rasul dan segala puji bagi Allah Tuhan Semesta Alam..
Saudara kalian, Al Imam Al Mahdi Nasser Mohammed Al Yamani
____________
اقتباس: اضغط للقراءة